Sejarah Penemuan dan Perkembangan Peta - Stark History
Sejarah Penemuan dan Perkembangan Peta
Stark History - Ada satu waktu dimana satu pulau bernama Lixus tergambar di peta dunia. Konon, disana pohon-pohonnya berbuah emas. Lalu ada Pulau Susu, dimana susu mengucur dari buah-buah anggur. Sekarang bila ingin cari letak pulau-pulau itu kemungkinan ditertawai beberapa orang. Tetapi, si pembuat peta pada saat itu bukanlah menyengaja ingin kelihatan bodoh. “Mereka cuma ingin tampilkan dunia seperti yang mereka mengetahui. Pengetahuan beberapa orang dahulu lahir dari cerita, keyakinan, serta imajinasi,” catat Yvette La Pierre dalam Mapping a Changing World. Telah beberapa ribu tahun manusia menggambar peta. Bentuk dunia dalam peta terus beralih bersamaan mereka mempelajarinya, baik melalui penelusuran serta penemuan ilmiah atau penjelajahan cari dunia baru. Khususnya pada era ke-16, bumi seperti dunia buat beberapa pengembara. Relief peta terukir di koin Yunani Kuno. Peta-peta dibikin di tongkat, batu, uang perak, serta kulit anjing laut. Beberapa gambar aneh seperti manusia berkepala anjing, monster laut, serta lumba-lumba sebesar paus menghiasi lembarannya.
Selanjutnya peta lebih dari sebatas alat yang memberitahu apa yang ada dibalik gunung, di seberang lautan, serta dimana satu orang ada waktu itu. “Ia bisa menggambarkan bagaimana manusia hidup serta berpikir, sekaligus juga apa yang dia tahu serta percayai mengenai dunia,” catat La Pierre. Walau selama ini peta dari Babilonia yang paling tua di dunia, menurut La Pierre, manusia telah mulai membuat peta jauh sebelum itu. Sayangnya tidak didapati dimana dan kapan pertama-tama manusia memperoleh inspirasi untuk memvisualisasikan tempat. Tetapi yang pasti, manusia tetap ingin tahu mengenai dimana mereka ada serta bagaimana sampai satu tempat. “Lebih gampang menggambar peta dibanding menerangkan dalam beberapa kata. Kenyataannya, peta terlebih dulu ada dibandingkan tulisan. Peta juga jadi satu bentuk komunikasi paling tua yang sudah pernah ada,” jelas La Pierre.
Peta Tablet
Ini ialah peta paling tua di dunia yang masih bertahan sampai sekarang. Beberapa orang Babilonia yang hidup di Mesopotamia (sekarang Irak), membuat peta semenjak kira-kira 500 SM. Mereka memahatnya pada tablet tanah liat kecil yang tidak semakin besar dari tangan orang dewasa. Peta itu menggambarkan keyakinan orang Babilonia jika dunia seperti kepingan CD. Dibagian atas lingkaran seperti CD itu ada garis lingkar yang melambangkan gunung. Dua garis alami penurunan dari arah gunung di lingkaran, mungkin menunjukkan Sungai Eufrat serta Tigris. Bentuk persegi yang seberangi lambang sungai tunjukkan pusat kota Babilonia. Kota-kota penting yang lain diikuti dengan lingkaran-lingkaran kecil. Cuma satu yang dinamakan, Deri. Pembuat peta itu memakai lingkaran untuk memberikan daerah yang lain. Armenia di atas serta di kanan letak Babilonia. Assyria cukup dibawah Armenia. Habban di kiri Babilonia. Lingkaran itu dikelilingi lautan. Di luar lautan yang memutari pulau-pulau ialah semua jenis monster imajiner yang diikuti bentuk segitiga.
Peta Papirus
Orang Mesir Kuno juga mulai menggambar tempat pada selembar kertas papirus. Diantaranya dibikin pada kira-kira 330 SM. Peta ini diakui tunjukkan tempat yang betul-betul ada, yakni Danau Moeris, yang dahulunya menutupi sejumlah besar daerah Kota Fayum di Mesir Utara. Saat ini jadi kota gurun pasir. Di dalamnya tergambar juga makhluk-makhluk 1/2 manusia, dewa-dewa Mesir Kuno, seperti Sobk, dewa berbentuk buaya, yang diakui menempati daerah itu. Orang Mesir memvisualisasikan peta ke arah alam baka yang tergambar pada dinding-dinding makam.
Peta Sutra
Peta paling tua dari Tiongkok yang masih dapat diselamatkan terbuat dari sutra. Dia tersegel di makam di Propinsi Gunan pada 168 SM. Peta ini baru diketemukan pada 1973. Peta itu lebih detil serta tepat dibanding peta-peta kuno yang lain. Pembuat peta memakai lambang untuk tunjukkan desa serta propinsi, sungai, serta jalan, pegunungan, serta benteng militer. Garis bergelombang tunjukkan gunung, garis tipis tunjukkan sungai, garis lebih tebal tunjukkan ukuran serta saluran sungai.
T-O maps
sidore of Seville, sarjana serta Uskup Agung Seville, sepanjang lebih dari tiga dekade, menggambar dunia berupa lingkaran. Dalam petanya, Samudera dibikin berupa O serta melingkari semua bumi. Di bentuk O, ada tiga benua, Asia, Afrika, serta Eropa. Benua-benua ini terdiri oleh saluran Sungai Don serta Sungai Nil (sisi horizontal), dan Laut Mediterania (sisi vertikal), hingga berupa seperti huruf T. Bukannya tunjukkan bentuk dunia yang sebenarnya, peta ini ditujukan untuk tunjukkan tatanan umum dunia. Peta dari era ke-6-7 M itu selanjutnya jadi mode popular buat peta-peta era pertengahan (sampai era ke-15 M), terhitung Psalter map, panggilan buat peta-peta yang ada di Kitab Mazmur.
Prediksi Mercator
Perjalanan laut jadi lebih gampang sesudah 1569 sebab Gerardus Mercator, kartografer Belgia, mengeluarkan pengembangan paling besar dalam pemetaan sesudah Ptolemeus: Prediksi Mercator. Mercator temukan trick paling baik untuk sebagai wakil permukaan bola dunia pada peta. Jadi pakar matematika, ia meningkatkan prediksi pemetaan berdasar kepiawaiannya. Hasilnya tambah lebih tepat dibanding peta lain pada eranya. Dengan setahap, di peta itu Mercator memperluas daratan serta lautan. Makin jauh ke utara serta selatan makin jauh mereka tampil di peta. Ini ialah pertolongan besar untuk navigasi, dan juga dengan halus merubah langkah lihat dunia. Beberapa negara yang dekat sama kutub, seperti Kanada serta Rusia, diperbesar dengan artifisial, sesaat beberapa daerah di Equator, seperti Afrika, berkurang.
Atlas Kekinian
Semakin banyak peta yang dibikin pada era ke-16. Pada 1570, atlas kekinian pertama diedarkan oleh Abraham Ortelius, seseorang kartografer asal Antwerp, Belgia. Ortelius tertarik membuat peta dikuasai oleh Gerardus Mercator. Ia mengabdikan diri di dunia kartografi sampai dia dapat menerbitkan atlas dunia pertamanya, Theatrum Orbis Terrarum (Theatre of the World). Koleksi peta pertama berupa buku sebelum Mercator menerbitkan atlas dunia. Atlas Ortelius adalah instrumen paling tepat untuk tunjukkan serta memberitahu bentuk dunia yang sampai kini jadi sangkaan semata-mata. Karena, pada jaman itu, peta yang ada masih adalah kombinasi bukti, pertaruhan, serta fantasi.
Komentar
Posting Komentar