Sejarah Penemuan Guling - Stark History

Sejarah Penemuan Guling

Stark History - Untuk umumnya orang Indonesia, tidur tanpa ada guling jelas tidak komplet rasa-rasanya. Bahkan juga ada yang tidak dapat tidur tanpa ada guling. Guling juga tidak sebatas jadi rekan tidur dan juga pemberi kenyamanan yang tidak tergantikan. Tetapi tahu tidak jika nyatanya guling punyai narasi serta riwayat yang panjang? Cerita asal mula terciptanya guling nyatanya benar-benar unik serta menarik. Bahkan juga telah ada semenjak jaman penjajahan. Guling juga dahulu disebutkan “Dutch Wife” atau Istri Belanda. Ingin tahu dengan riwayat serta cerita asal muasalnya? Yuk, kita turuti informasi selengkapnya di sini.
Sejarah Penemuan Guling - Stark History

Pertama Kali Dikenalkan Pada Jaman Penjajahan

Nyatanya oh nyatanya, guling dikenalkan telah semenjak jaman penjajahan Belanda. Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya Jejak Langkah menjelaskan masalah ini. Dikisahkan di pembicaraan sama-sama mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi, Wilam bercanda masalah kehidupan beberapa tuan tanah bangsa Inggris pada beberapa sahabatnya, terhitung pada Minke. Satu diantara yang disampaikannya ialah, “Tahu kalian apa karena di asrama tidak bisa ada guling?” Dari sana dia mulai panjang lebar menerangkan masalah guling. Narasi berawal dari kehadiran beberapa orang Belanda serta Eropa ke Hindia. Waktu itu mereka tidak dapat bawa wanita untuk penuhi keperluan biologis mereka. Untuk mengalirkan keinginan mereka, terpaksalah menggundik atau menyewa wanita pekerja sex komersial. Akan tetapi waktu itu orang Belanda yang populer kikir, tidak ingin menggundik. Pada akhirnya dibuatlah guling. Guling jadikan rekan tidur untuk gantikan gundik.

Nama Lain Guling ialah “Dutch Wife”

Guling dulu punyai panggilan yang unik, yakni “Dutch Wife” atau Istri Belanda. Panggilan ini dibikin oleh Letnan Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stanford Raffles sesudah kekuasaan Belanda diganti oleh Inggris. Panggilan “Dutch Wife” ini juga lebih pada suatu hinaan dari tentara Inggris yang tidak senang pada Belanda. Ditambah lagi kata “Dutch” seringkali diibaratkan dengan suatu yang bersuara hinaan serta merendahkan. Menurut Encyclopedia of World and Phrase Origins karya Robert Hendrickson, tercatat “Orang-orang Belanda demikian tersinggung oleh bahasa Inggris sepanjang tiga era hingga pada 1934 pemerintah mereka putuskan untuk buang kata ‘Dutch’ serta memakai kata ‘Netherlands’ bila sangat mungkin.” Dalam kamus Oxford English Dictionary yang diatur dari tahun 1879 sampai 1927, arti “Dutch Wife” punyai pengertian sendiri, yakni satu kerangka berlubang-lubang dari rotan yang dipakai di Hindia Belanda dan sebagainya untuk sandaran anggota tubuh dalam tempat tidur. Meskipun panggilan “Dutch Wife” dipakai tentara Inggris bermaksud mengejek Belanda, tentara Inggris sendiri nyatanya membutuhkannya waktu ada di Hindia. Orang Belanda juga tidak ingin kalah. Mereka punyai arti sendiri untuk menyebutkan guling, yakni “British Doll” atau Boneka Inggris.

Guling Dulu Jadi Sisi dari Style Hidup Kelompok Atas

Jika saat ini sich, siapapun bebas mempunyai serta memakai guling. Tetapi dulu nyatanya guling jadi sisi dari pola hidup kelompok atas. Guling yang lahir dalam kehidupan Indisch pada era ke-18/19, tidak lain hasil kombinasi dari tiga kebudayaan, yakni Indonesia, Tiongkok, serta Eropa. Hadinoto, dosen Fakultas Tehnik Sipil serta Rencana Kampus Kristen Petra Surabaya, dalam tulisannya “Indische Empire Style”, yang dimuat di Jurnal Dimensi Arsitektur, Desember 1994 menjelaskan, “Percampuran kebudayaan ini dapat disaksikan contohnya pada penggunaan perlengkapan seperti bangku Eropa, meja, serta tempat tidur dengan bantal, terhitung peralatan baru yang disebutkan guling atau Dutch Wife, yang tidak ada pada peralatan tempat tidur Eropa, jadi spesial Indisch.” Pramoedya Ananta Toer tuliskan, “Mereka cuma meniru-niru orang Belanda. Yang hadir dari Belanda langsung ditiru orang, khususnya beberapa priyayi berkepala kapuk itu. Inggris mengetawakan rutinitas bergulir.” Ini tunjukkan jika dulu pribumi Hindia sendiri hanya ikuti rutinitas orang Belanda yang memakai guling. Serta awalannya yang mengikuti rutinitas ini ialah beberapa priayi atau kelompok atas.

Cerita John S.C. Abbott yang Kaget Waktu Kenal Guling

Kehadiran guling di Hindia mendatangkan beberapa narasi unik. Diantaranya ialah cerita John S.C. Abbott, seseorang sejarawan pastor dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Dalam tulisan “A Jaunt in Java”, yang dimuat di Harper’s New Monthly Magazine Volume XV, Juni-November 1857, dia bercerita masalah pengalaman khasnya kenal guling untuk pertama-tama. Waktu lemparkan diri ke ranjang, kata Abbott, Anda akan terlentang dengan Dutch wife. “Jangan kaget! Anda tidak akan memperoleh curtain lecture (omelan istri) sebab Dutch wife berupa bundar, bantal panjang keras, yang membuat kagum tiap orang asing saat memandangnya terbaring rapi serta kaku ditengah-tengah ranjang seperti mayat kecil,” catat Abbott. Abbot selanjutnya jadi dapat temukan langkah paling baik memperlakukan si “Istri Belanda” ini. 

Abbot menerangkan jika guling harus ditempatkan dibagian bawah kaki atau lengan. Maksudnya adalah untuk menahan kontak sentuhan yang begitu hangat dengan kasur. Diluar itu, dapat membuat lancar perputaran udara yang lebih sejuk. Tinggal di iklim tropis, kehadiran guling waktu tidur jelas memberikan rasa nyaman tertentu. Abbot menjelaskan jika guling yang berisi kapas tambah lebih baik dibanding guling yang berongga-rongga serta terbuat dari bambu bikinan Tiongkok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Penemuan Headset - Stark History

Sejarah Penemuan Antibiotik di Dunia - Stark History

Sejarah Kuliner Ayam Taliwang di Nusantara - Stark History